Menu

Mode Gelap
Jawab Tuntutan Demo Bupati Cianjur, Wahyu Ferdian: Program Prioritas Sudah On The Right Track Kado Akhir Tahun! Pemkab Cianjur Pastikan Helaran Budaya Cianjur 2025 Digelar Desember Belasan Karyawan Alami Kesurupan di Pabrik Aurora Cianjur, Dipicu Teriakan Kepanikan Penyaluran Tahap Akhir Berlanjut: Panduan Lengkap Cek Bansos November dan Desember 2025 Antusiasme Tinggi! Tiket.com Sevillage Melonjak di Akhir Tahun Sidang PKL Bomero Digelar di PN Cianjur, Lima Pedagang Membandel Dijatuhi Denda

Berita

Diduga Malapraktik Puskesmas Cibeber, Lansia di Cianjur Meninggal Dunia

badge-check


					Diduga Malapraktik Puskesmas Cibeber, Lansia di Cianjur Meninggal Dunia Perbesar

CIANJUR TIMES – Seorang pria lansia berinisial AH (62) asal Cianjur, yang diduga menjadi korban malapraktik Puskesmas Cibeber, akhirnya meninggal dunia pada Jumat (16/5/2025). Sebelumnya, AH hanya didiagnosis mengalami luka terbuka biasa pada jari kaki. Petugas puskesmas membersihkan dan menjahit lukanya dengan 16 jahitan. Alih-alih sembuh, korban justru sempat mengalami gejala seperti stroke ringan selama delapan hari, hingga akhirnya meninggal.

“Ayah saya sudah meninggal Jumat (16/5) lalu. Kami kaget dan bingung. Sejak awal, petugas Puskesmas Cibeber selalu bilang kondisi luka ayah saya baik-baik saja, tapi malah sempat mengalami gejala stroke ringan,” kata anak korban, DF (35), Rabu (28/5).

DF menambahkan, saat dibawa ke RSUD Sayang Cianjur, AH didiagnosis tetanus stadium 4 sebelum akhirnya meninggal dunia.

Kronologi Kejadian dan Dugaan Malapraktik

DF menjelaskan, dugaan malapraktik ini bermula saat ayahnya mengalami kecelakaan di tempat kerja, menyebabkan luka pada jari kaki kirinya. Ia segera membawa ayahnya ke Puskesmas Cibeber pada Kamis (8/5/2025) karena merupakan fasilitas kesehatan terdekat. “Luka robeknya cukup serius akibat terlindas alat berat di pekerjaannya. Lukanya terbuka karena terkena goresan besi,” ujarnya.

Saat diperiksa, petugas Puskesmas Cibeber hanya menyebut luka AH sebagai luka biasa. Petugas kemudian mencuci, mensterilkan, dan menjahit luka tersebut dengan 16 jahitan. “Diberi obat antibiotik atau pereda nyeri. Katanya memang harus dijahit untuk menutup luka. Intinya, sejak awal petugas puskesmas hanya bilang luka biasa,” jelas DF.

Keesokan harinya, korban tiba-tiba mengalami gejala seperti stroke ringan. Gejala ini berlanjut hingga Sabtu (10/5) malam, membuat DF kembali membawa korban ke Puskesmas Cibeber pada Minggu (11/5). Saat pemeriksaan kedua, petugas Puskesmas Cibeber masih menyatakan luka dalam kondisi baik. Namun, setelah mendengar gejala yang dialami korban, petugas memeriksa jantung korban.

“Jantung ayah saya sempat diperiksa karena dikhawatirkan sumber gejalanya dari sana. Tapi kondisi jantung ayah saya disebutkan baik-baik saja dan katanya luka ayah saya terinfeksi. Lalu petugas hanya membuka perban dan memberi obat pereda nyeri lagi,” terang DF.

Kondisi korban tidak membaik setelah pulang dari puskesmas. DF menyebut kondisi AH semakin parah, sehingga ia kembali membawa korban ke Puskesmas Cibeber untuk ketiga kalinya pada Rabu (14/5). Setibanya di puskesmas yang sepi, DF dan keluarganya menghampiri seorang dokter bernama dr. Bima.

“Kami kaget saat dr. Bima bilang bahwa ayah saya mengalami tetanus dan langsung merujuk untuk dirawat di RSUD Sayang Cianjur,” ungkapnya.

Di RSUD Sayang, DF mengaku kaget dan dimarahi seorang dokter IGD yang menjelaskan bahwa seharusnya korban langsung dirujuk ke RSUD Sayang Cianjur sejak awal. Ia langsung menduga adanya kesalahan penanganan oleh petugas Puskesmas Cibeber. “Sudah jelas, dokter puskesmas dari awal menganggap luka ayah saya itu luka biasa. Padahal menurut dokter RSUD Sayang, luka ayah saya itu parah bahkan didiagnosis tetanus stadium 4, yang seharusnya pihak puskesmas langsung merujuk ke RSUD Sayang sejak awal, bukan malah langsung menjahitnya,” kata DF.

“Dokter di RSUD Sayang juga bilang, seharusnya pihak puskesmas sudah tahu penanganannya. Jika tidak bisa menanganinya, harusnya langsung merujuk ke RSUD,” sambung DF. Setelah dua hari dirawat di RSUD Sayang Cianjur, AH menghembuskan napas terakhir pada Jumat (16/5/2025). “Saya sudah ikhlas atas kepergian ayah saya, namun sangat menyayangkan mengapa Puskesmas Cibeber tidak merujuk ke RSUD Sayang sejak awal,” ungkapnya.

Tanggapan Puskesmas Cibeber


Menanggapi hal ini, Kepala Puskesmas Cibeber, Liste Zulhijwati Wulan, menegaskan bahwa analisis petugas RSUD Sayang yang menyebutkan seharusnya pasien dirujuk sejak awal adalah subjektif. Menurutnya, analisis petugasnya lebih objektif karena mereka melakukan penanganan pertama di lapangan.

“Saya sudah meninjau analisis rekam medis pasien tersebut dari petugas di lapangan saat itu. Mereka sudah melakukan yang terbaik dan sudah melakukan sesuai dengan SOP,” ucap Liste.

Jika analisis RSUD Sayang menyebut luka korban tidak boleh dijahit, kata Liste, analisis petugas pihaknya lebih objektif dalam memutuskan karena mereka adalah pihak pertama yang menangani pasien. “Lagi pula akan serba salah juga jika kami melakukan penanganan atau tidak, akan sama saja berisiko,” ujarnya.

Liste menjelaskan luka pada pasien AH memang awalnya hanya luka biasa. Namun, jika tiba-tiba terinfeksi tetanus, banyak faktor yang bisa menyebabkan hal itu, salah satunya lingkungan sekitar. “Mengingat luka pasien itu luka terbuka, jadi itu bisa sangat berpotensi terinfeksi tetanus. Karena saat penanganan pertama hingga kontrol kedua pun luka pasien dalam kondisi baik. Kami tidak tahu aktivitas pasien bagaimana setelah penanganan pertama,” jelasnya.

Pada saat kontrol ketiga, ketika menyadari bahwa pasien mengalami dugaan tetanus, petugas puskesmas langsung merujuk pasien ke RSUD Sayang. Terkait penanganan yang dilakukan petugasnya saat itu, yakni membersihkan dan menjahit luka pasien, menurutnya, itu adalah keputusan dokter sebagai upaya terbaik sesuai analisis di lapangan.

“Sekali lagi jika memang ada pernyataan dari rumah sakit harusnya dirujuk langsung, tentunya hal itu subjektif, karena petugas saya, dokter saya, saat itu lebih memahami kondisi luka di hari pertama. Saya juga melihatnya itu sudah sesuai SOP. Namun kami juga menghormati analisis dari petugas rumah sakit,” pungkasnya.

Hingga berita ini diturunkan, Cianjur Times telah mencoba mengonfirmasi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Cianjur, Yusman Faisal, namun belum ada tanggapan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Jawab Tuntutan Demo Bupati Cianjur, Wahyu Ferdian: Program Prioritas Sudah On The Right Track

24 November 2025 - 21:51 WIB

Pemekaran Cianjur Selatan

Kado Akhir Tahun! Pemkab Cianjur Pastikan Helaran Budaya Cianjur 2025 Digelar Desember

24 November 2025 - 21:39 WIB

helaran budaya cianjur 2025

Belasan Karyawan Alami Kesurupan di Pabrik Aurora Cianjur, Dipicu Teriakan Kepanikan

24 November 2025 - 21:25 WIB

kesurupan di pabrik

Penyaluran Tahap Akhir Berlanjut: Panduan Lengkap Cek Bansos November dan Desember 2025

24 November 2025 - 21:12 WIB

cek bansos november

Antusiasme Tinggi! Tiket.com Sevillage Melonjak di Akhir Tahun

21 November 2025 - 19:58 WIB

Tiket.com Sevillage
Trending di Berita