Cianjur Times – Jembatan bambu di Kampung Legok Huni, Desa Sukabungah, Kecamatan Campakamulya, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menjadi akses vital bagi aktivitas masyarakat setempat dan para pelajar. Sayangnya, kondisi jembatan yang hanya terbuat dari bambu tersebut kini sangat memprihatinkan dan mengancam keselamatan penggunanya.
Kepala Desa Sukabungah, Asep Juanda, menjelaskan bahwa jembatan yang rentan itu menghubungkan Desa Sukabungah dengan Desa Campakamulya. Selain menjadi jalur utama masyarakat beraktivitas, jembatan ini juga setiap hari dilalui para pelajar untuk pergi dan pulang sekolah.
“Jembatan ini sudah puluhan tahun menggunakan bambu sebagai material utama,” kata Asep pada Minggu (18/5/2025).
Konstruksi jembatan terlihat sangat sederhana. Bambu menjadi penyangga utama yang menahan beban di atas aliran sungai. Tidak ada pengaman di sisi kanan dan kiri jembatan yang bisa masyarakat gunakan sebagai pegangan saat melintas. Bagian alas jembatan pun terbuat dari anyaman bambu yang kondisinya cukup mengkhawatirkan. Situasi ini semakin berbahaya saat hujan turun karena jembatan berpotensi terbawa arus deras sungai.
“Bisa dibilang kondisinya sudah lapuk. Namanya juga terbuat dari bambu, sekuat apa pun jika terus-menerus terkena air pasti akan rapuh,” terang Asep.
Mengingat curah hujan yang relatif masih tinggi, Asep sangat khawatir jembatan tersebut bisa hanyut terbawa arus sungai yang kuat.
“Saat ini, kami sedang mempertimbangkan upaya swadaya untuk memperkuat jembatan. Setidaknya kondisinya tidak separah sekarang,” ungkap Asep.
Idealnya, menurut Asep, konstruksi jembatan tersebut harus permanen. Minimal, jembatan bambu ini berubah menjadi jembatan gantung berbahan baja dengan konstruksi yang kokoh.
Belum ada Bantuan dari Pemkab untuk Perbaikan Jembatan
“Sebetulnya, kami sudah beberapa kali mengajukan permohonan bantuan perbaikan kepada pemerintah kabupaten. Namun, hingga saat ini belum ada tindak lanjutnya,” pungkas Asep.
Azriel (10), seorang pelajar warga Kampung Legok Huni, mengaku selalu merasa waswas saat melintasi jembatan, terutama saat atau setelah hujan. Pasalnya, alas jembatan yang terbuat dari anyaman kayu atau bambu itu sangat licin.
“Takut jatuh ke sungai. Seharusnya ada pegangan, jadi kalau licin ada tempat untuk berpegangan,” kata Azriel. (*)