Menu

Mode Gelap
Lagi! Kasus Keracunan MBG Berulang di Cianjur, 16 Siswa SD-SMP Dibawa ke Puskesmas Babak Baru! Perkembangan Kasus Korupsi PJU Cianjur Masuk Sidang Perdana, Kejari Turunkan 4 Jaksa Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor Oktober 2025, Cianjur Termasuk? Daftar Final Skuad Garuda untuk Laga Krusial Indonesia vs Arab Saudi: Ole Romeny Masuk Waduh! Hanya 4 Dapur Lolos, Bupati Cianjur Ancam Setop Total SPPG yang Tak Penuhi Syarat Higienis MBG Cianjur BUMD Cianjur dalam Sorotan: OJK Tetapkan LKM Akhlakul Karimah Tidak Sehat Akibat Kredit Macet 39,4%

Berita

Diduga Malapraktik Puskesmas Cibeber, Lansia di Cianjur Meninggal Dunia

badge-check


					Diduga Malapraktik Puskesmas Cibeber, Lansia di Cianjur Meninggal Dunia Perbesar

CIANJUR TIMES – Seorang pria lansia berinisial AH (62) asal Cianjur, yang diduga menjadi korban malapraktik Puskesmas Cibeber, akhirnya meninggal dunia pada Jumat (16/5/2025). Sebelumnya, AH hanya didiagnosis mengalami luka terbuka biasa pada jari kaki. Petugas puskesmas membersihkan dan menjahit lukanya dengan 16 jahitan. Alih-alih sembuh, korban justru sempat mengalami gejala seperti stroke ringan selama delapan hari, hingga akhirnya meninggal.

“Ayah saya sudah meninggal Jumat (16/5) lalu. Kami kaget dan bingung. Sejak awal, petugas Puskesmas Cibeber selalu bilang kondisi luka ayah saya baik-baik saja, tapi malah sempat mengalami gejala stroke ringan,” kata anak korban, DF (35), Rabu (28/5).

DF menambahkan, saat dibawa ke RSUD Sayang Cianjur, AH didiagnosis tetanus stadium 4 sebelum akhirnya meninggal dunia.

Kronologi Kejadian dan Dugaan Malapraktik

DF menjelaskan, dugaan malapraktik ini bermula saat ayahnya mengalami kecelakaan di tempat kerja, menyebabkan luka pada jari kaki kirinya. Ia segera membawa ayahnya ke Puskesmas Cibeber pada Kamis (8/5/2025) karena merupakan fasilitas kesehatan terdekat. “Luka robeknya cukup serius akibat terlindas alat berat di pekerjaannya. Lukanya terbuka karena terkena goresan besi,” ujarnya.

Saat diperiksa, petugas Puskesmas Cibeber hanya menyebut luka AH sebagai luka biasa. Petugas kemudian mencuci, mensterilkan, dan menjahit luka tersebut dengan 16 jahitan. “Diberi obat antibiotik atau pereda nyeri. Katanya memang harus dijahit untuk menutup luka. Intinya, sejak awal petugas puskesmas hanya bilang luka biasa,” jelas DF.

Keesokan harinya, korban tiba-tiba mengalami gejala seperti stroke ringan. Gejala ini berlanjut hingga Sabtu (10/5) malam, membuat DF kembali membawa korban ke Puskesmas Cibeber pada Minggu (11/5). Saat pemeriksaan kedua, petugas Puskesmas Cibeber masih menyatakan luka dalam kondisi baik. Namun, setelah mendengar gejala yang dialami korban, petugas memeriksa jantung korban.

“Jantung ayah saya sempat diperiksa karena dikhawatirkan sumber gejalanya dari sana. Tapi kondisi jantung ayah saya disebutkan baik-baik saja dan katanya luka ayah saya terinfeksi. Lalu petugas hanya membuka perban dan memberi obat pereda nyeri lagi,” terang DF.

Kondisi korban tidak membaik setelah pulang dari puskesmas. DF menyebut kondisi AH semakin parah, sehingga ia kembali membawa korban ke Puskesmas Cibeber untuk ketiga kalinya pada Rabu (14/5). Setibanya di puskesmas yang sepi, DF dan keluarganya menghampiri seorang dokter bernama dr. Bima.

“Kami kaget saat dr. Bima bilang bahwa ayah saya mengalami tetanus dan langsung merujuk untuk dirawat di RSUD Sayang Cianjur,” ungkapnya.

Di RSUD Sayang, DF mengaku kaget dan dimarahi seorang dokter IGD yang menjelaskan bahwa seharusnya korban langsung dirujuk ke RSUD Sayang Cianjur sejak awal. Ia langsung menduga adanya kesalahan penanganan oleh petugas Puskesmas Cibeber. “Sudah jelas, dokter puskesmas dari awal menganggap luka ayah saya itu luka biasa. Padahal menurut dokter RSUD Sayang, luka ayah saya itu parah bahkan didiagnosis tetanus stadium 4, yang seharusnya pihak puskesmas langsung merujuk ke RSUD Sayang sejak awal, bukan malah langsung menjahitnya,” kata DF.

“Dokter di RSUD Sayang juga bilang, seharusnya pihak puskesmas sudah tahu penanganannya. Jika tidak bisa menanganinya, harusnya langsung merujuk ke RSUD,” sambung DF. Setelah dua hari dirawat di RSUD Sayang Cianjur, AH menghembuskan napas terakhir pada Jumat (16/5/2025). “Saya sudah ikhlas atas kepergian ayah saya, namun sangat menyayangkan mengapa Puskesmas Cibeber tidak merujuk ke RSUD Sayang sejak awal,” ungkapnya.

Tanggapan Puskesmas Cibeber


Menanggapi hal ini, Kepala Puskesmas Cibeber, Liste Zulhijwati Wulan, menegaskan bahwa analisis petugas RSUD Sayang yang menyebutkan seharusnya pasien dirujuk sejak awal adalah subjektif. Menurutnya, analisis petugasnya lebih objektif karena mereka melakukan penanganan pertama di lapangan.

“Saya sudah meninjau analisis rekam medis pasien tersebut dari petugas di lapangan saat itu. Mereka sudah melakukan yang terbaik dan sudah melakukan sesuai dengan SOP,” ucap Liste.

Jika analisis RSUD Sayang menyebut luka korban tidak boleh dijahit, kata Liste, analisis petugas pihaknya lebih objektif dalam memutuskan karena mereka adalah pihak pertama yang menangani pasien. “Lagi pula akan serba salah juga jika kami melakukan penanganan atau tidak, akan sama saja berisiko,” ujarnya.

Liste menjelaskan luka pada pasien AH memang awalnya hanya luka biasa. Namun, jika tiba-tiba terinfeksi tetanus, banyak faktor yang bisa menyebabkan hal itu, salah satunya lingkungan sekitar. “Mengingat luka pasien itu luka terbuka, jadi itu bisa sangat berpotensi terinfeksi tetanus. Karena saat penanganan pertama hingga kontrol kedua pun luka pasien dalam kondisi baik. Kami tidak tahu aktivitas pasien bagaimana setelah penanganan pertama,” jelasnya.

Pada saat kontrol ketiga, ketika menyadari bahwa pasien mengalami dugaan tetanus, petugas puskesmas langsung merujuk pasien ke RSUD Sayang. Terkait penanganan yang dilakukan petugasnya saat itu, yakni membersihkan dan menjahit luka pasien, menurutnya, itu adalah keputusan dokter sebagai upaya terbaik sesuai analisis di lapangan.

“Sekali lagi jika memang ada pernyataan dari rumah sakit harusnya dirujuk langsung, tentunya hal itu subjektif, karena petugas saya, dokter saya, saat itu lebih memahami kondisi luka di hari pertama. Saya juga melihatnya itu sudah sesuai SOP. Namun kami juga menghormati analisis dari petugas rumah sakit,” pungkasnya.

Hingga berita ini diturunkan, Cianjur Times telah mencoba mengonfirmasi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Cianjur, Yusman Faisal, namun belum ada tanggapan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Lagi! Kasus Keracunan MBG Berulang di Cianjur, 16 Siswa SD-SMP Dibawa ke Puskesmas

10 Oktober 2025 - 07:59 WIB

Babak Baru! Perkembangan Kasus Korupsi PJU Cianjur Masuk Sidang Perdana, Kejari Turunkan 4 Jaksa

8 Oktober 2025 - 21:08 WIB

Dadan Ginanjar

Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor Oktober 2025, Cianjur Termasuk?

8 Oktober 2025 - 20:59 WIB

pemutihan pajak kendaraan bermotor

Daftar Final Skuad Garuda untuk Laga Krusial Indonesia vs Arab Saudi: Ole Romeny Masuk

8 Oktober 2025 - 20:48 WIB

Indonesia vs arab saudi

Waduh! Hanya 4 Dapur Lolos, Bupati Cianjur Ancam Setop Total SPPG yang Tak Penuhi Syarat Higienis MBG Cianjur

5 Oktober 2025 - 19:07 WIB

higienis MBG
Trending di Berita