Menu

Mode Gelap
Dugaan Korupsi Retribusi Kebun Raya Cibodas, Sejumlah Pejabat di Cianjur Diperiksa Polda Jabar KPU Cianjur Resmi Tetapkan Wahyu-Ramzi sebagai Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Ekskul Jurnalistik SMA IABS Cipanas Berkontribusi Sukseskan Journalist Goes To School Journalist Goes to School: Ratusan Kepala SD di Cianjur Antusias Ikuti Pelatihan Jurnalistik Hasil Pilbup Cianjur Sudah Final, Wahyu-Ramzi Pimpin Cianjur Kecelakaan di Sukabumi: Mobil Elf Bawa Rombongan Dekan Universitas Suryakancana Cianjur

Pendidikan

Toponimi Nagrak, Dari Cikukulu Sampai Rawa Cina

badge-check


					Toponimi Nagrak, Dari Cikukulu Sampai Rawa Cina Perbesar

Ditulis dalam rangka memenuhi tugas penelitian penelitian Kelompok II Mahasiswa Universitas Suryakancana mata kuliah Linguistik dengan dosen pengampu Ibu Dr. Hj. Si Maryam, M.Pd. dan Bapak Cecep Nuryadin, S.Pd., M.Pd.

Cianjur – Desa Nagrak merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur yang berjarak sekitar 6,2 km atau sekitar 20 menit ke Kecamatan Cianjur, sedangkan jarak menuju pemerintahan Kabupaten Cianjur sekitar 6,5 Km atau sekitar 25 menit perjalanan dan jarak ke Ibu Kota Propinsi sekitar 65 km atau sekitar 2 jam perjalanan.

Untuk mencapai wilayah Desa Nagrak ini tidak terlalu sulit sebab tersedia sarana transportasi berupa kendaraan umum yang dapat mengantarkan kita menuju Desa ini.

Adapun Batas wilayah Desa Nagrak, sebagai berikut:

  • Sebelah Utara : Desa Limbangan Sari
  • Sebelah Timur : Desa Sukamaju
  • Sebelah Selatan : Rancagoong
  • Sebelah Barat : Cibulakan

Hasil Wawancara Penelitian Kampung yang berada di Desa Nagrak

a. Kampung Cikukulu

Kita mewawancarai narasumber yang Bernama Bapak Hasan mengenai Sejarah di Kampung Cikukulu.

“Kalau sejarahnya yang saya ketahui Kampung Cikukulu itu kalau tidak salah ada sungai besar yang letaknya di dekat polres. Ada juga namanya Babakan Cikukulu, itu masih daerah Cikukulu karena dulunya belum ada nama untuk kampung itu dan warganya sedikit. Jadi numpang ke Kampung Cikukulu dan jadi namanya Kampung Babakan Cikukulu itu penghuni baru. Kalau Cikukulu dari dulu sudah namanya itu, jadi sepengetahuan saya tidak ada perubahan nama kampung itu. Kalau dulu belum ada air PAM kan, jadi orang sekitar pergi ke sungai Cikukulu itu, pada nyuci baju. Ketika waktu musim kemarau panjang itu bisa dimanfaatkan oleh warga yang kekurangan air dirumahnya” jelas pak Hasan.

b. Kampung Kopeng

Selanjutnya kita juga mewawancarai Bapak Agus mengenai Sejarah Kampung Kopeng.

Menurut Bapak Agus, Kampung Kopeng memiliki sejarah muncul air yang tiba-tiba. Munculnya air besar tersebut juga dapat menjadi obat, sehingga penyakit apapun bisa sembuh dan pengunjungnya banyak dari kabupaten luar kota luar.

“2004 penemuan air itu muncul, kalau ngikut sejarah itu dulu di situ ada namanya persinggahan mamah Sakidi. Jadi dulu itu ada pesantren sekarang Ang Enuh namanya, kronologis waktu itu ada anak-anak kampung yang sedang main umpet-umpetan, pas angkat batu itu ada angin besar, nah selesai angin itu muncul lah air itu langsung mancer ke atas.” tutur Pak Agus.

Ia menambahkan, “Yang saya tau itu ada polisi yang bilang mamahnya mau meninggal tapi orang Kristen Bahasa kasar kolat aing paeh hente, hirup hente, cik menta dan di situ saya kasih air itu sebotol saja botol kecil,” katanya.

Tak berselang lama, sang polisi kembali lagi di hari berikutnya dengan membawa galon berukuran besar. “Dia bilang, ‘ibu saya ga jadi mati, gara gara air itu sekarang bisa berdiri’. Dan ibunya ternyata bisa berjalan saat di mandikan pakai air itu,” terang Agus.

Seketika usai polisi tersebut ke sana, kampung m,endadak ramai. “Tiba tiba ada polisi ambil air itu terus meledak, setelah disitu disalurkan dipakai cuci, dipakai mandi, tapi polisi itu bawa rekan-rekan ada dari televisi juga dari RCTI. Terus si anak yang angkat batu penyebab air nya ada itu sakit panas selama 1 minggu panas ga karuan.

“Dia saat sakit di datangi orang berjubah hijau, ikat hijau dia bilang kenalkan nama saya Eyang Pancaniti saya berterimakasih akan saya kasih kebarokahan untuk orang daerah sini karena dulu ada orang yang istilahnya suci, orang baik, dari Sumatra, Bali, provinsi lainnya datang kesini untuk minta air itu tapi atas izin Allah disitulah meledak, sampai 2 bulan setengah kita udah ga kuat pendatang dari sana ribuan, apalagi pas hari jum’at tidak bersembahyang, yaudah kita disana musyawarah kita mengadakan rapat mau dihilangkan air itu daripada madorotnya banyak pelacur pelacur kesana untuk meminta air itu, terus seminggu kita berdoa disana sampai pada akhirnya orang-orang yang sering kesana jadi tidak ada, tapi airnya sampai sekarang masih ada, pengunjungnya ga ada” ucap Bapak Agus.

c. Kampung Sudi

Selain Kampung Kopeng kita juga mewawancarai Bapak Ridwan mengenai Sejarah Kampung Sudi.
“Kampung Sudi tuh banyak masyarakat yang hijrah dari kampung yang lain saking betahnya ada orang yang disuruh untuk pindah ke kampung yang lain tapi dia tuh bilang ah teu sudi pindah ka kampung lain jadi dari kata tak sudi jadi karena dia betah disini dan bilang tak sudi pindah ke kampung lain maunya disini jadi dinamai ini Kampung Sudi, dan kalau dampak negatifnya tidak ada sih karena walaupun nama kampung nya Kampung Sudi dalam artian Sudi itu lebih kasar tapi tidak ada dampak apapun di kampung ini, dan tradisi dikampung ini seperti kampung yang lain” ucap Pak Ridwan.

Dan menurut Bapak Hadiat salah satu kadus yang menjadi narasumber ke dua di Kampung Sudi 

“Sejarah Kampung Sudi itu awalnya tadinya pada ga mau tinggal di tanah itu atau bisa dibilang ga pada sudi tinggal disana, tapi sekarangmah udah banyak jiwanya jadi mereka pada mau tinggal di Kampung Sudi ini, dan untuk perubahan nama Kp. Tanjung Sari sama Kp. Sudi jadi di pisah di karenakan semua orang percaya di Kampung Tanjung Sari itu jangan melibihi dari 10 rumah 10 kepala keluarga, katanya kalo ada yang melebihi, semua orang di Kampung Tanjung Sari mempercayai bakalan meninggal. Jadi Kampung Tanjung Sari dan Kampung Sudi itu 1 RT namun di bagi 2” Jelas Pak Hadiat.

Kami juga bertanya mengenai dampak dari penamaan kampung tersebut, dan kami menemukan jawabannya “Dan untuk dampaknya alhamdulillah di generasi-generasi sekarang tidak ada dampak apaapa, aman, bahkan sekarang lebih banyak jiwa yang tinggal, mungkin karenakan dulu masih percaya ke hal goib ya”.  

Selain itu kami juga bertanya mengenai tradisi dan Budaya di Kampung Sudi, “Kampung Sudi ada tradisi debus semacam gamelan kalo orang tua dulu suka di pake buat acara-acara nikahan, kaya di pukul, di tusuk, di bacok gak berdarah atau enggak ngerasain sakit. Itu tradisi atau kebiasaan orang-orang dulu di Kampung Sudi, namun tidak turun temurun dikarenakan berjalannya zaman warga-warga bahkan anak-anak lompatnya ke hp, jadi tradisi debus itu berhenti. Nah kalo untuk penamaan kampungnya tidak tahu dari tahun berapaberapanya soalnya orang-orang dulu yang memberikanya tetapi kalo jalan Wira Sukardi itu katanya awal pertama kepala desa di Desa Nagrak itu Bapak Wira Sukardi makanya dari saat itu jalan Desa Nagrak itu namanya jalan Raden Wira Sukardi” jelas Pak Hadiat.

d. Kampung Salahuni


Selanjutnya kami juga menanyakan Sejarah mengenai Kampung Salahuni pada narasumber yang Bernama Bapak Jejen.
“Dahulu itu asalnya ada pohon huni besar di tengah-tengah pemukiman banget nah sekarang jadi Kampung Salahuni, di tengahtengah kampung ada pohon huni besar. Warga-warga di sini ga berani menebang pohon itu saking besarnya” jelas Pak Jejen

e. Kampung Rawacina


Selain Kampung Salahuni, kami juga menanyakan Sejarah mengenai Kampung Rawacina.
Menurut Bapak Lili, dinamakan Rawacina ini karena ada banyak tempat air di kampung tersebut. Suatu hari ada rentenir Cina yang menagih hutang secara tidak sopan kepada warga setempat, karena tidak sopannya itu rentenir tersebut ditenggelamkan dan berakhir lah menjadi nama Rawacina, Rawa disini berarti air. Kami juga menanyakan Sejarah Kampung Rawacina pada narasumber ke dua yaitu Bapak Jinadmudin.


“Waktu dulu banyak cina yang berdagang kesini, seperti paket sekarangmah, karena warga dulu punya utang yang warga di sini kan orang tua dulu mah tidak tahu terus dulu tidak seperti sekarang tidak ada hukum pemerintah jadi di tenggelamkan itu warga yang punya hutang di sini sama Cina di rawa yang ada di kampung sini, terus dulu mah bukan Rawacina namanya tapi Kampung Pedes, perubahan nya yaitu yang asalnya Kampung Pedes menjadi Rawacina” jelas Pak Jinadmudin.

g. Kampung Wargaluyu


Selanjutnya kita juga menelusuri Sejarah mengenai Kampung Wargaluyu di Desa Nagrak, dengan narasumber yang Bernama Bapak Dadan.


Menurut bapak Dadan, dulu itu nama Kampung Wargaluyu ini adalah Babakan Sudi awalnya karena warga Sudi yang menikah di sini dan atau pindah kesini. Tahun 1961 dirubah menjadi Wargaluyu karena mungkin udah banyak penduduk nya disini karena ink rata-rata masih satu keluarga oleh karena itu disebut Wargaluyu Warga Saluyu mungkin itu dari asal kata warga yang saluyu kaya misalkan ada pekerjaan gotong royong saluyu, bagus itu persatuan nya jadi ketika ada pekerjaan gotong royong itu bareng-bareng, itu mungkin sejarahnya. Dampak penamaan Wargaluyu ini menjadikan kampung ini banyak masyarakat nya karena terkesan menjadi betah tinggal di kampung ini dan juga ada sumber air yang membuat semua orang mau pindah ke Kampung Wargaluyu ini” ucap Pak Dadan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Ekskul Jurnalistik SMA IABS Cipanas Berkontribusi Sukseskan Journalist Goes To School

6 Februari 2025 - 09:33 WIB

Ekskul Jurnalistik SMA IABS

Journalist Goes to School: Ratusan Kepala SD di Cianjur Antusias Ikuti Pelatihan Jurnalistik

6 Februari 2025 - 09:05 WIB

Journalist goes to school

BKN dan KemenPANRB Bahas Penataan Non-ASN dan Lanjutan Seleksi PPPK 2024

1 Februari 2025 - 09:38 WIB

Penataan Non-ASN

SNPMB 2025: Cara Masuk Perguruan Tinggi Negeri Impian

1 Februari 2025 - 09:26 WIB

SNPMB 2025

Dua Ruangan Kelas SDN Sukasari Ambruk Tertimpa Pohon Beringin Raksasa

30 Januari 2025 - 15:32 WIB

SDN Sukasari
Trending di Berita